Senin, 28 September 2009

Cara menggunakan ohmmeter

Mengukur Resistor dengan AVR meter ( Ampere, Voltage, Resistance Meter )

Selain cara manual diatas kita juga dapat menggunakan alat untuk mengetahui besarnya nilai resistansi suatu resistor. Alat tersebut dinamakan AVR meter atau kebanyakan orang Indonesia menyebutnya MULTI TESTER. Biasanya alat bantu ini berbentuk kotak dilengkapi dengan jarum penunjuk serta skala untuk membaca nilainya. Ada dua jenis bentuk alat ini yaitu standar dan digital, untuk AVR jenis digital nilainya ditunjukan dengan layar LCD seperti halnya jam tangan yang menggunakan layar LCD. Atau bila anda juga tidak familiar, OK anda lihat saja kalkulator nah seperti itulah penunjuknya kira-kira . ( hehehheh. kalau masih OOT juga liat deh gambar 1d, 1e sama 1f )


AVR MANUAL

AVR DIGITAL

Cara Mengukur Resistor
dengan AVR

Dengan menggunakan AVR kita bisa langsung mengetahui nilai dari sebuah resistor. Bila jarum AVR mendekati 0 ( kearah kanan ) berarti nilai resistansinya semakin kecil, sebaliknya bila hanya bergerak sedikit mendekati 1000 ( kearah kiri ) berarti semakin besar. Biasanya skala penghitung ditulis per sepuluhan.

Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengukur resistor yang nilai resistansinya besar sekali, misalnya 10 M Ohm. Coba saja anda ukur dengan AVR..!, anda akan melihat bahwa jarum AVR hampir tidak bergerak atau mungkin tidak bergerak sama sekali. lalu bagaimana cara mengukurnya dengan AVR bila nilai resistornya melebihi 1M OHM..?, Nah sekali lagi anda dihadapkan dengan rumus ( pusing juga nih, pake alat tapi masih pake rumus hahaahha ). Rumusnya adalah hukum OHM yaitu : V = i X R ==> V = Voltage atau tegangan listrik, i = Kuat arus listrik dan R adalah nilai Resistansinya. Dengan menggunakan persamaan matematika didapat bahwa : R = V : i. Contoh kasus : dirumah kita biasanya tegangan listrik adalah 220 volt, bila kita menggunakan arus sebesar 5 Ampere. maka nilai resistansinya adalah R = V : i ==> R = 220 : 5 ==> R = 44 OHM. Didalam Praktek kita nggak usah pusing-pusing memikirkan rumus tersebut, itu hanya sekedar pengetahuan saja biar anda tambah paham mengenai dasar-dasar elektronika. Nah merajuk dari hukum OHM diatas, maka didalam praktek bila kita ingin mengetahui nilai sebuah resistor dengan AVR tentu saja kita harus menggunakan listrik sebagai alat bantu pengukuran, caranya..? lihat gambar 1 g.


Mengukur Resistor yang berukuran tinggi

Perlu diperhatikan bahwa, sebelum mengukur pastikan tombol AVR di set ke tempat yang tepat. contohnya bila kita hanya mengukur resistor dibawah 1K maka arahkan tombol AVR ke skala X 100, bila kita mengukur dibawah 100 Ohm maka arahkan tombol ke X 1 dan untuk mengukur resistor yang besar dengan menggunakan arus listrik, maka tombol AVR kita arahkan ke arah voltage sesuai dengan voltage yang kita gunakan, misalnya kita menggunakan voltage 220 Volt. maka arahkanlah tombol AVR ke tegangan arus bolak-balik (AC) dengan skala 500 Volt AC. Sekali lagi perhatikan baik-baik sebelum melakukan hal ini, sebab bila anda salah menempatkan tombol maka AVR anda sudah dipastikan akan rusak, masih untung kalau tidak meledak hahahahahhhhhaaa. Ingat yah perhatikan baik-baik !!!

Sekarang coba anda lihat lagi AVR anda...!, nah bergerak kan !!, biasanya bergeraknya sedikit, diujung AVR ada tertera ukuran 1M, 2M dan 10M dengan skala 100 K perbaris. Tanpa anda sadari bahwa cara mengukur resistor dengan ukuran besar, anda juga dapat mengetahui berapa arus listrik yang mengalir dirumah anda coba lagi rumus diatas. Untuk mengetahui arus listrik ( i ) menurut persamaan matematika maka i = V : R.

Resistor

dasar resistor elektronika

Resistor semiconductor ohms
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator.

Bagaimana prinsip konduksi, dijelaskan pada artikel tentang semikonduktor. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon .

Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega). Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter.

Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Waktu penulis masuk pendaftaran kuliah elektro, ada satu test yang harus dipenuhi yaitu diharuskan tidak buta warna. Belakangan baru diketahui bahwa mahasiswa elektro wajib untuk bisa membaca warna gelang resistor (barangkali).

Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam.

Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.

Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor pengalinya.

Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah.

Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya.

Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 = 4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5%.

Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I 2 R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 1005W.